Ust. Oemar Mita: Dasyatnya Penduduk Syam
Ketika saya pernah menjadi orang yang di sana (syam), saya banyak mengambil hal-hal yang luar biasa dari orang syam. Ketika mengantar 2 orang dokter dari UGM untuk misi kemanusiaan, ke rumah sakit. Di sana kemudian, masyaAllah, saya mendapati betul apa yang dikatakan Nabi. Ternyata saya mendapati orang-orang yang luar biasa dalam iman itu salah satunya orang syam. Walaupun mereka dibodohkan selama puluhan tahun, tapi dengan adanya ini, barakah mereka. Mereka betul-betul kembali kepada agama Allah dan betul-betul luar biasa
=====
Anak-anak kecil ya ikhwan, umur 5-6 tahun, masyaAllah, itu kalau habis kita kasih permen, karena kita beli permen sebagai hadiah kecil untuk mereka, itu masyaAllah, mengucap alhamdulillah-nya luar biasa. Mereka kadang-kadang mengikuti kami ketika kami balik ke rumah sakit itu sambal mengatakan apa?
“Allahu yahfadkum, Allahu yahmiikum”…
tahu artinya? “semoga Allah menjagamu, semoga Allah merawatmu”…umur 5 tahun!
Kalau diucapkan anak umur 14 tahun ana maklum…ini 5 tahun-6 tahun, ucapannya sudah Allah dan Allah.
=====
Saya juga pernah mendapati, ada seorang ibu datang ke rumah sakit, kemudian di rumah sakit diperiksa oleh dokter, gula darahnya sampai menembus 600. Dia merasakan pusing di kepalanya, susah dan berat. Saya sampaikan, saya penerjemah. Dokternya bilang, “gampang ustadz, ini gulanya tinggi. Suruh jangan banyak makan, dikendalikan makannya”
Saya kemudian menerjemahkan ke ibu tadi, “jangan banyak makan ya ummi”
Ibu itu kemudian ngeliatin saya lama, dan berkata, “antum datang dari mana? Dari Indonesia ya?”
“iya”
“yang sama dokter-dokter, ya?”
“iya”
“antum berapa kali makan di sini?”
“sekali…kadang-kadang kalau ada rezeki dua kali”
Karena tidak pernah kami makan itu berkecukupan di sana. Sekali atau dua kali.
Kemudian ibu itu berkata,
“antum tahu kok, makan di sini susah…kok antum bisa ngomong ke saya supaya jangan banyak makan?”
Padahal saya Cuma penerjemah…saya mau ngomong “itu lho dokternya”. Tapi kan masyaAllah, masa saya nyalahin dokter?
Saya kemudian bilang ke dokternya, “dok, diagnosa antum salah…ini kan kita jarang makan”
Dokter bilang, “oh iya ustadz, saya lupa”
Maka kemudian dokter ngomong lagi, “kalau gitu ustadz, kasih tau ke beliaunya, supaya jangan banyak pikiran”
Saya kemudian sampaikan apa adanya…saya sampaikan, “bu, jangan kemudia banyak mikir”
Ibu itu ngeliatin saya kembali, ikhwan…masyaAllah. Saya Cuma bisa diam, kemudian ibu itu bilang,
“saya itu punya 2 anak…yang satu diambil nusayri (rezim pemerintah) ketika habis pulang dari masjid, yang satu diambil di tengah jalan. Kalau hidup, hidup di mana, kalau mati, kuburannya di mana? Antum ngomong sama saya supaya saya jangan banyak mikir? Lha yang mikirin anak saya siapa?”
Coba! Ana itu diam! Nangis beliau, air mata itu jatuh…nagis sesenggukan. Hidup sebatang kara. Suaminya sudah meninggal terkena reruntuhan bangunan…susahnya luar biasa. Syukur kita ini diberikan oleh Allah banyak kemudahan dalam ketaatan di sini. Beliau nangis senangis-nangisnya…lalu kemudian antum tahu hal yang membuat saya takjub adalah, ketika di sela-sela dia menangis, tiba-tiba dia berucap,
“hasbiyAllah la illaha illAllah…”
Cep, berhenti, hapus air mata, hilang! Seakan-akan kemudian sebelumnya itu gak pernag nangis yang hebat. Saya Cuma khusnudzan, masyaAllah, luar biasa…kalau kita dulu di sana Cuma 1 bulan, pulang…kalau mereka sampai kapan? Gak akan pernah tahu batas akhirnya. Kalau bukan orang yang hebat, gak mungkin Allah akan timpakan ujian yang sedemikian hebatnya.
=====
Sebagaimana salah satu yang pernah saya alami juga, kami mau shalat, maghrib dan isya, karena saat itu kami akan memberikan bantuan, yaitu obat-obatan dan makanan, maka kami hendak menjamak shalat. Ada orang di sana mengambil madzhab, bahwasanya jamak itu gak boleh kecuali dalam keadaan perang. Merujuk kepada pendapat ibunda Aisyah r.a. Maka kemudian ketika habis shalat maghrib, saya ngimamin, selesai. Lalu kemudian saya berdiri, ada yang iqamah. Orang tadi langsug gak suka,
“ini mau ngapain ini?”
“shalat isya”
“lho, gak boleh…kita dalam keadaan tidak ada serangan. Kalau ada serangan baru dijamak. Kalau gak ada serangan, gak boleh dijamak”
Saya tahu itu salah satu pendapat fiqih. Tapi kemudian saat itu kami betul-betul memerlukan untuk shalat, kemudian beliau itu narik-narik tangan saya dan tidak membuiarkan saya untuk takbiratul ihram. Saya bilang,
“pak, saya mau shalat”
“gak boleh, nanti shalat isya-nya”
Akhirnya kemudian salah satu dokter berkata,
“ustadz, tolong sampaikan ke beliau, nanti deh dijelaskan habis shalat”
Akhirnya kemudian saya sampaikan, “nanti ya pak habis shalat saya terangin”…nah, baru dilepaskan. Akhirnya kami shalat. Ketika shalat itu, dia duduk di samping saya, menunggu jawaban, gak kemudia pergi ke mana-mana. Selesai shalat, langsung dia tanya,
“mana dalilnya, antum melaksanakan jamak dengan isya!?”
Saya sampaikan dalil, satu, dua, tiga dalil kepada beliau. Tapi tiba-tiba beliau bangkit pergi dari duduknya, ke belakang, ngambilkan teh dingin di sebuah gelas kecil. Kemudian balik ke saya, padahal saat itu saya belum selesai.
Kemudian kan saya bingung, ini setuju pendapat saya atau enggak?
Kemudian saya ngomong ke bapak itu, “pak, bapak gimana yang tadi saya sampaikan? Bapak sudah paham atau belum, setuju atau tidak?”
Kemudian bapak itu malah ngeliatin saya dan berkata,
“masyaAllah! Antum kalau sudah menyebutkan nama Rasul, ya tidak ada pilihan lagi bagi saya selain tunduk dan patuh…sudah selesai. Antum yang salah nanya ke saya…antum sudah nyebutin dalil kok masih nanya ke saya setuju atau tidak setuju? Salah pertanyaan antum!”
masyaAllah ikhwan, diam saya…bahkan kemudian beliau ngomong,
“ini kalau saya punya hadiah yang lebih baik daripada teh dingin ini…saya kasih”
=====
Kenapa bisa ada kekuatan sehebat itu? Kalau antum melihat orang yang salih, sabar, selalu taat kepada Allah, Allah yang membantu mereka…kita, kalau kemudia melihat diri kita baru diuji sebentar saja gak kuat, sering jatuh terperosok…baru diuji sedikit saja jadi tidak taat…kita patut untuk muhasabah di hadapan Rabb yang kita sembah...
Sumber:
No comments