Shalat Jum'at di jalan, Sah Kah ?
Seperti yang dilansir oleh https://nasional.tempo.co/read/news/2016/11/24/063822841/pbnu-keluarkan-fatwa-larangan-salat-jumat-di-jalan, ketua umum PBNU Said Aqil Siradj mengatakan jum'atan di jalan tidak sah. Apakah benar tidak sah ? Eitz, jangan terburu-buru menyimpulkan. Pelajari dahulu bagaimana hukum shalat jum'at di jalan dalam perspektif para ulama empat mazhab.
_Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du..._
Mayoritas ulama (Hanafiyah, Syafiiyah & Hambali) berpendapat, jumatan tidak harus dilakukan di masjid. Jumatan boleh dilakukan di luar masjid, termasuk di jalanan. Hanya saja, Syafi’iyah mempersyaratkan, harus dilakukan di dalam kota atau di dalam kampung, yang kanan-kirinya ada bangunan. Dan tidak boleh dilakukan di tanah lapang di luar kampung, seperti shalat ‘id di lapangan.
1. SYAFI'IYAH
Zainudin Al-Iraqi ~ulama Syafiiyah ~ (w. 806 H) mengatakan,
مذهبنا [ أي : مذهب الشافعية ] : أن إقامة الجمعة لا تختص بالمسجد ، بل تقام في خِطة الأبنية ؛ فلو فعلوها في غير مسجد لم يُصلّ الداخل إلى ذلك الموضع في حالة الخطبة ، إذ ليست له تحية
_“Madzhab kami (madzhab Syafiiyah), pelaksanaan shalat jumat tidak harus di masjid, namun bisa dilaksanakan di semua lokasi yang tertutup bangunan. Jika ada orang yang melakukan jumatan di selain masjid maka orang memasuki wilayah yang digunakan untuk shalat jumat itu ketika khutbah jumat telah dimulai, maka dia tidak disyariatkan shalat tahiyatul masjid, karena tempat itu bukan masjid yang disyariatkan untuk dilaksanakan tahiyatul masjid."_ [Tharh At-Tatsrib, v. 4, hlm. 90]
2. HAMBALI
Sementara dalam madzhab Hambali, jumatan bisa dilaksanakan di manapun, termasuk di lapangan sebagaimana shalat ‘id.
Al-Mardawi ~ ulama Hambali ~ (w. 885 H) mengatakan,
قوله: ( ويجوز إقامتها في الأبنية المتفرقة , إذا شملها اسم واحد ، وفيما قارب البنيان من الصحراء ) وهو المذهب مطلقا . وعليه أكثر الأصحاب . وقطع به كثير منهم . وقيل : لا يجوز إقامتها إلا في الجامع
_“Boleh mengadakan jumatan di satu tempat yang terkepung beberapa bangunan, jika wilayah jumatan itu masih satu tempat, boleh juga dilakukan di tanah lapang dekat bangunan pemukiman.” Inilah pendapat madzhab Hambali, & pendapat yg dipilih mayoritas ulama Hambali. Ada juga yg mengatakan, ‘Tidak boleh mengadakan shalat jumat kecuali di masjid jami."_ [Al-Inshaf, v. 4, hlm. 23]
3. HANAFIYAH
Ibnu Qudamah menjelaskan langsung pendapat Imam Abu Hanifah,
ولا يشترط لصحة الجمعة إقامتها في البنيان ، و يجوز إقامتها فيما قاربه من الصحراء ، و بهذا قال أبو حنيفة
_"Bukan termasuk syarat sah jumatan harus di dalam bangunan. Boleh juga dilaksanakan di tanah lapang yang dekat dengan bangunan. Ini merupakan pendapat Abu Hanifah."_ [al-Mughni, v. 2, hlm. 171]
4. MALIKIYYAH
Berbeda dengan madzhab Malikiyah. Mereka mempersyaratkan bahwa jumatan harus dilakukan di masjid jami’.
Dalam At-Taj wal Iklil disebutkan beberapa pendapat ulama Malikiyah,
ibnu Basyir berkata:
الْجَامِعُ مِنْ شُرُوطِ الْأَدَاءِ
_“Masjid jami’ merupakan syarat pelaksanaan shalat jumat.”_
Ibnu Rusyd berkata:
( لَا يَصِحُّ أَنْ تُقَامَ الْجُمُعَةُ فِي غَيْرِ مَسْجِدٍ ( مَبْنِيٍّ
_"Tidak sah pelaksanaan shalat jumat di selain masjid (yang ada bangunannya)."_
Al-Baji mengatakan:
مِنْ شُرُوطِ الْمَسْجِدِ الْبُنْيَانُ الْمَخْصُوصُ عَلَى صِفَةِ الْمَسَاجِدِ، فَإِنْ انْهَدَمَ سَقْفُهُ صَلَّوْا ظُهْرًا أَرْبَعًا
_"Diantara syarat masjid adalah adanya bangunan khusus dengan model masjid. Jika atapnya hancur maka diganti shalat dzuhur 4 rakaat."_
[At-Taj wal Iklil, v. 2, hlm. 237]
Kesimpulan :
1. Kasus ini masuk kepada perkara ijtihadiyah, dimana ulama berbeda pendapat di dalamnya, karena tidak ada dalil tegas jelas yang mengharuskan shlat jum'at di dalam masjid. Jadi tidak boleh saling salah menyalahkan dalam kasus ini.
2. Dalam hal ini, pendapat yang kuat adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama. jumatan tidak harus dilakukan di masjid. Sehingga jumatan yang dilaksanakan di jalan, dikelilingi dengan gedung² di sekitarnya, sah menurut pendapat mayoritas ulama.
Wallahua’lam
Penulis : Muhammad Rayzhed
Editor : Rhofiq Feyz
No comments