212 Antara Persatuan dan Perjuangan


Aksi 2 Desember 2016 merupakan rangkaian aksi damai yang diinisiasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI atau lebih dikenal dengan GNPF MUI. Jutaan ummat Islam Indonesia dari berbagai daerah berkumpul di Jakarta untuk melakukan protes dan menuntut keadilan atas penistaan agama. 

Sebuah peristiwa yang menjadi sejarah tersendiri bagi bangsa ini. Bahkan Dunia pun melihat bagaimana jutaan orang bersatu dalam satu barisan menyerukan pembelaan terhadap kesucian Al Qur’an serta Ulama dan bisa berjalan dengan tertib, damai, rukun, saling tolong-menolong, rapi, bersih dan elegan.

Sederet buku pun tercipta. Yang menceritakan kisah-kisah menakjubkan tentang Aksi Super Damai 212. Mengetuk Pintu Langit karya Jurnalis Islam Bersatu (JITU) adalah salah satunya. Sangat disayangkan jika kita melewatkannya. Tanpa membacakannya untuk anak dan cucu kita.

Berbicara tentang persatuan maka mari kita renungkan firman Allah Ta’ala pada surat Ali Imran ayat 103:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara." (QS Ali Imran:103) 

Al Qurthubi berkata tentang tafsir ayat ini,“Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan persatuan dan melarang dari perpecahan. Karena sesungguhnya perpecahan merupakan kebinasaan dan al jama’ah (persatuan) merupakan keselamatan.” [Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an 4/159.]

Al Qurthubi juga mengatakan,“Maka Allah Ta’ala mewajibkan kita berpegang kepada kitabNya dan Sunnah NabiNya, serta -ketika berselisih- kembali kepada keduanya. Dan memerintahkan kita bersatu di atas landasan Al Kitab dan As Sunnah, baik dalam keyakinan dan perbuatan. Hal itu merupakan sebab persatuan kalimat dan tersusunnya perpecahan (menjadi persatuan), yang dengannya mashlahat-mashlahat dunia dan agama menjadi sempurna, dan selamat dari perselisihan. Dan Allah memerintahkan persatuan dan melarang dari perpecahan yang telah terjadi pada kedua ahli kitab”. (Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an 4/164)

Beliau juga mengatakan,“Boleh juga maknanya, janganlah kamu berpecah-belah karena mengikuti hawa nafsu dan tujuan-tujuan yang bermacam-macam. Jadilah kamu saudara-saudara di dalam agama Allah, sehingga hal itu menghalangi dari (sikap) saling memutuskan dan membelakangi.” [Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an 4/159.]

Asy Syaukani berkata tentang tafsir ayat ini,“Allah memerintahkan mereka bersatu di atas landasan agama Islam, atau kepada Al Qur’an. Dan melarang mereka dari perpecahan yang muncul akibat perselisihan di dalam agama.” [Fahul Qadir 1/367.]

Oleh karenanya jelas, Islam melarang perpecahan dan memerintahkan untuk menjaga persatuan. Seperti halnya pepatah, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Dan aksi 212 merupakan bentuk dari persatuan Ummat Islam. Tidak memandang dari suku, daerah maupun organisasi mana berasal. Datang bersama-sama dengan satu tujuan membela kesucian Al Qur’an dan Ulama.

Berbicara tentang perjuangan tentu kita melihat sejarah perjuangan Islam dipenuhi dengan teladan dan pengorbanan. Harta maupun jiwa di korbankan demi tegaknya kalimat Laa ilaaha illallah di muka bumi ini.

Kita mendengar kisah Abu Bakar Ash Shiddiq, generasi assabiqunal awwalun yang paling dekat dengan Rasulullah. Rela menemani Nabi untuk hijrah ke Madinah meski nyawa adalah taruhannya karena pada saat itu orang-orang kafir Quraisy memburu mereka berdua dengan pedang yang terhunus.

Dalam hal harta, Abu Bakar adalah sosok yang tidak pernah berpikir panjang dalam soal harta. Mungkin kita mengenal sosok-sosok saudagar kaya dari kalangan sahabat seperti Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dan lainnya. Meski dalam soal jumlah harta Abu Bakar bukanlah yang terbanyak. Namun tahukah kita ? pada saat ada seruan Rasulullah untuk memerangi pasukan Romawi, maka semua sahabat berlomba mengeluarkan harta.

Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarokfuri dalam kitabnya Sirah Nabawiyah menuliskan bahwa sahabat Abu Bakar adalah sahabat yang pertama kali datang kepada Nabi dan menyerahkan seluruh hartanya. Ketika ditanya Nabi apa yang ia tinggalkan untuk keluarganya ?. Maka ia menjawab, “Aku telah meninggalkan dua hal yang lebih baik dari dunia dan seisinya, yaitu Allah dan Rasul-Nya.”

Kita juga mengenal Raden Mas Ontowiryo atau lebih dikenal dengan Pangeran Diponegoro. Rela meninggalkan kehidupan sebagai bangsawan dan lebih memilih berjuang bersama rakyat melawan penjajah belanda. Yang pada akhirnya sejarah Indonesia mencatat Pangeran dipenogoro sebagai Pahlawan Nasional. Bukan sekedar Pahlawan Nasional tapi juga Pejuang Islam.

Dan pada aksi 212 pun kita juga menjumpai hal yang serupa. Sebuah perjuangan yang tak bisa dianggap remeh. Sebuah perjuangan yang membuktikan keimanan, karena keimanan bukan hanya sekedar ucapan di lisan namun juga tertanam di hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Sebuah perjuangan yang menggambarkan ketidakrelaan kitab suci Al Qur’an dinistakan begitu saja. Sebuah perjuangan yang menjadi pemberat amal kebaikan di hari perhitungan kelak.

Rhofiq Feyz

No comments

Theme images by suprun. Powered by Blogger.